Sebuah desa tua di Bali terletak di Kabupaten Karangasem, bernama Tenganan memiliki tradisi unik yang dinamakan mekare-kare atau perang pandan. Tradisi tersebut dirayakan secara turun-temurun sampai sekarang ini. Kegiatan Tahunan tersebut menjadi hiburan menarik bagi wisatawan, sehingga desa ini menjadi terkenal dan menjadi destinasi wisata unggulan di Kabupaten Karangasem. Upacara ini sebagai penghormatan terhadapa dewa perang yaitu Dewa Indra. Pemahaman Hindu di Tenganan ini sedikit berbeda dengan di tempat lainnya yang menganut paham Tri Murti yaitu Brahma, Wisnu dan Siwa. Sedankan di desa tua ini menganggap dewa Indralah yang tertinggi, Dewa Indra sebagai Dewa Kemakmuran dan dewa dari segala Dewa, dan tradisi Mekare-kare ini dilaksanakan sebagai penghormatan terhadap dewa Indra.
Berkembang mithologi, diyakini oleh umat Hindu Tenganan yang berhubungan erat dengan pelaksanaan tradisi Mekare-kare. Menurut cerita, dahulu kala desa ini dan kawasan sekitarnya diperintah oleh seorang raja lalim bernama Maya Denawa, raja menganggap dirinya sebagai Tuhan, melarang rakyatnya untuk melakukan ritual keagamaan. Mengetahui hal tersebut, para Dewa mengutus Dewa Indra sebagai panglima perang turun ke bumi untuk mengatasi hal ini, Maya Denawa sendiri adalah raja sakti yang bisa mengubah diri ke berbagai bentuk, terjadi pertempuran sengit, namun karena kesaktian Indra maka raja lalim tersebut bisa dikalahkan, dan untuk menghormati kemenangan Dewa Indra tersebut dilaksanakanlan upacara Perang Pandan.
Selain Tradisi Mekare-kare, Tenganan sendiri menghasilkan produksi kain tenun double ikat yang dinamakan kain Geringsing. Teknik double ikat ini memang sudah langka di dunia, sehingga desa Bali Aga ini semakin terkenal dan memiliki posisi penting dalam peta objek wisata di Bali. Dari Denpasar butuh sekitar 2 jam perjalanan berkendaraan, anda menggunakan jasa rental/ sewa mobil ataupun ikut paket tour mengunjungi kawasan Timur pulau Dewata ini. Karena berdekatan dengan Tenganan ada sejumlah tempat menarik yang bagus untuk dikunjungi seperti pantai candidasa, Labuhan amuk dengan rekreasi Odyssey Submarine dan juga pantai Prasi.
Di Desa Tenganan ini segala aturan desa/ awig-awig yang tertulis diyakini sepenuhnya oleh setiap warga dan diwariskan turun temurun. Upacara perang pandan/ mekare-kare diselenggarakan selama 2 hari berturut-turut dan sekali dalam setahun yaitu pada sasih kalima kalender Bali. Warga yang ikut dalam prosesi ini menggunakan pakain adat Bali tanpa menggunakan baju (bertelanjang dada), sehingga senjata mereka berupa seikat pandan berduri di sebelah tangan dan perisai di sebelah tangan kiri, akan begitu mudah melukai masing-masing kulit tubuh lawan, sehingga perlu ketangkasan.
Dua pemuda akan bertarung, saling berusaha menggeret punggung lawan dengan senjata pandan. Mereka diiringi gamelan dan sorak para penonton/ warga lainnya ikut memacu semangat. Pertarungan tidak berlangsung lama hanya sekitar 1 menit. Mereka nantinya akan dipisahkan oleh seorang penengah yang dibantu juga oleh warga lainnya. Pertarungan ini bergilir sekitar 3 jam-an. Selesai mereka bertarung, mereka saling bantu untuk mengambil duri-duri yang tertempel dalam kulit tubuh, serta memberikan ramuan obat pada kulit dari kunyit agar cepat sembuh. Tidak ada rasa dendam diantara mereka. Setelah mekare-kare ini selesai, mereka menyantap hidangan bersama-sama dalam tradisi Megibung terlihat kebersamaan dan kebahagiaan diantara mereka.
Demikian informasi seputar Mekare-kare di Tenganan, dalam web ini kami berusaha untuk terus update mengenai info tradisi serta objek wisata di Bali. Selain itu kami juga melengkapi layanan paket tour, sewa mobil, tiket rekreasi seperti cruise, Odyssey Submarine Bali, rafting di sungai Ayung atau Telaga Waja, bahkan kapal cepat/ fast boat ke Gili Trawangan.